BAB II
aku lupa kapan tepatnya, satu hal yang paling kuingat hanyalah [maaf] keidiotanmu. mungkin hanya aku yang akan berfikir jika kau idiot, tapi ternyata hujatan kepadamu datang silih berganti setelah banyak orang kuceritakan mengenai kisah malam itu.
[suara telfon masuk] berkumandanglah lagu I Call it Love - Lionel Richie yang sengaja aku set jika kau menelfon ke ponselku.
sayup-sayup terdengar suara ponsel berbunyi. aku bergegas menyelesaikan panggilan alamku, karena tau ada suara ponsel yang tidak lain dan tidak bukan itu memang darimu. maka kuangkatlah telfon darimu itu.
"halo[h]....."
aku sadar saat itu hubungan kita memang seperti ee' yang sedang di ujung lubang pantat. mau di tahan [sakit] mau dikeluarin sayang-sayang [???]
"lagi ngapain cinta?....."
"baru aja kelar poop.. kenapa?"
"gpp.."
"lah, kalo gpp kenapa kamu telfon malem-malem gini?"
"kangen aja sama kamu..."
"ohhhh.. kangen.."
[stoooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooop] kenapa aku jadi tampak seperti [mungkin] orang yang mau menulis naskah drama gini? [maaf]
yah, seperti biasanya dari hubungan-hubunganku sebelum denganmu. kalau sudah tidak ada lagi yang dibicarakan bukannya menutup telfon, melainkan membuat kericuhan yang benar-bener membuat ricuh. masihkah kau ingat? saat itu kau mengatakan hal teridiot yang belum pernah aku dengar sebelumnya?
"eh yang.. aku punya ide asik deh"
"paan?"
"gini ni idenya! gimana kalau kamu cari cowo lain trus aku cari cewe lain? nah, nanti kita share deh pengalaman-pengalaman kita, gimana?"
sebenernya kalau boleh ngomong, aku benar-benar terpukau dengan kata-kata yang baru saja kamu lontarkan. kaget bukan kepayang, serambi kanan dan serambi kiri jantung terasa terkunci sejenak, alveolus menegang, bronkiolus meledak, brontosaurus mengaum.. ah, benar-benar terlalu sulit untuk dideskripsikan secara detil. dengan nada sinis aku menjawab pertanyaan idiotmu itu.
"wow, bener banget ya. kamu jadian ama cewe lain, trus aku jadian ama cowo lain abis itu tar kita tuker pengalaman selama kita jalan bareng ama pasangan kita masing-masing, gitu maksud kamu? IDIOT"
mungkin kalo aku boleh membayangkan wajahmu di seberang telefon itu pasti tiba-tiba memucat dan pastinya kamu menelan ludah.
"hahahahahaha, aku tau ko kalo kamu gak bakalan setuju. tapi kan asyik tuh, kita coba dulu deh. kamu jadian aja sana sama Bryan, kayaknya anaknya baik"
kujawab
"Bryan? emang baik banget orangnya, dan gak mungkin aku tega ngelakuin hal IDIOT ini ke dia bahkan orang sejahat apapun itu, aku g bakal tega.. ini sih sama aja kamu suru aku buat maenin perasaan orang doang! gini aj, kalo kamu masi minat dengan ide kamu it, putusin aku dulu.. trus kamu cari dch cewe yang mau kamu ajak gila.. aku emang gila, tapi kalo uda nyangkut perasaan aku g ikut-ikut, inget karma!!!!"
dan aku benar-benar terenyuh dan terharu dengan kata-kata balasan darimu
"tenang aja, ujung-ujungnya aku bakalan nikah sama kamu kok"
saat itu pula aku berfikir bahwa kamu memakai jurus pamungkas dengan menyebutkan kata "NIKAH" sebuah kata yang teruntuk wanita amatlah diidam-idamkan. tapi [maaf] tidak untukku. semakin lama aku berhubungan denganmu, hidup aku pastilah akan sengsara dengan ide-ide kamu yang fantastis, bombastis, eksotis dan yang pasti akan berakhir dengan tangis yang tragis. sebelum semua itu terjadi, kuambil langkah mundur.
hahahah...ada part 3 nya dek? ni tentang mantan ya?
ReplyDeleteiy kakak..
ReplyDelete"past was the prologue of present"
>> check this out on part 3 kak..:D